Kisi-kisi
soal Ujian Nasional (UN) 2013 masih terus disempurnakan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) beserta Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Rencana sosialisasi kisi-kisi UN 2013 yang ditargetkan
dilakukan bulan ini diundur hingga bulan November.
“Kisi-kisi
ini ditargetkan selesai pada pekan kedua atau pekan ketiga bulan November untuk
selanjutnya segera disosialisasikan ke sekolah-sekolah sehingga para guru dapat
fokus mempersiapkan anak didiknya,” tutur Ketua BSNP, Aman Wirakartakusumah, di
Gedung Kemdikbud Jakarta, Selasa (16/10).
Aman
menjelaskan, kisi-kisi UN 2013 ini telah dibuat sejak tahun 2012 ini.
Pembuatannya juga didasarkan dan dikembangkan pada kurikulum yang tengah
diajarkan guru pada anak didiknya. Untuk itu, pendalaman materi bagi anak didik
sebenarnya dapat dilakukan tanpa menunggu kisi-kisi.
Tidak hanya
itu, sekolah juga bisa memanfaatkan hasil evaluasi dan kajian penyerapan
pelaksanaan UN pada tahun lalu. Dari evaluasi dan kajian tersebut, digambarkan
secara jelas penyerapan masing-masing mata pelajaran.
"Jadi
guru bisa langsung fokus mana yang dibenahi sehingga anak-anak dapat lancar
saat UN," kata Aman.(kominfo/A-26)***
·
Jakarta,
(Analisa). Pemerintah berencana menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) Tahun 2013
dengan melakukan sejumlah perubahan, termasuk di antaranya dengan menambah
variasi soal.
·
Saat
memberikan keterangan pers soal UN 2013 di Jakarta, Kamis, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh menjelaskan, variasi soal yang tahun
ini hanya ada lima macam akan ditambah menjadi 20 macam pada UN tahun depan
"Setiap peserta didik dalam satu kelas akan mengerjakan soal yang berbeda semua. Ini yang diuji kemampuan perseorangan, bukan kolektif," katanya.
Dia juga mengatakan tentang kemungkinan adanya kenaikan nilai standar kelulusan dari 5,5 menjadi 6,0 atau tetap mempertahankan nilai standar 5,5 dengan meningkatkan derajat kesulitan soal.
Tahun ini proporsi kesulitan soal adalah 10 persen mudah, 80 persen sedang, dan 10 persen sukar. Formulasinya tahun depan kemungkinan menjadi 10 persen mudah, 70 persen sedang, dan 20 persen sukar.
"Masih belum, akan kami matangkan bersama dengan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Pemikiran untuk meningkatkan ada, dengan kenaikan tingkat kesulitan," katanya.
Ketua BSNP Muhammad Aman Wirakartakusumah mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan kisi-kisi soal UN yang harapannya selesai bulan November mendatang.
"Kisi-kisi hanya bersifat lebih operasional. Bank dari kisi-kisi sudah ada," katanya.
Konsekuensi
UN tetap dipertahankan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai syarat kelulusan. Konsekuensi lulus-tidak lulus UN dinilai mampu meningkatkan kemampuan para peserta untuk berusaha lebih optimal.
"Mereka akan terpicu jika ada konsekuensi, yang paling gampang adalah konsekuensi kelulusan. Jadi si anak akan mengeluarkan energi terbanyak karena ini untuk mendapatkan yang terbaik," kata M Nuh.
Nuh percaya UN mampu memetakan potensi dan kemampuan peserta UN yang notabene adalah pelajar. Pemetaan kemampuan peserta akan keluar jika berada dalam tekanan.
"Yang dipetakan potensi dan kemampuan sang anak. Bagaimana kita mendapatkan peta kemampuan tadi itu jika anak tidak mengeluarkan seluruh effort? Apa yang bisa mendorong anak mengeluarkan semua effort-nya? Yaitu dengan menjadikan UN sebagai syarat lulus tadi, dari situlah kita tidak mempertentangkan pemisahan pemetaan dan kelulusan," ujar Nuh.
UN secara legal sesuai dengan UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (Ant/dtc)
"Setiap peserta didik dalam satu kelas akan mengerjakan soal yang berbeda semua. Ini yang diuji kemampuan perseorangan, bukan kolektif," katanya.
Dia juga mengatakan tentang kemungkinan adanya kenaikan nilai standar kelulusan dari 5,5 menjadi 6,0 atau tetap mempertahankan nilai standar 5,5 dengan meningkatkan derajat kesulitan soal.
Tahun ini proporsi kesulitan soal adalah 10 persen mudah, 80 persen sedang, dan 10 persen sukar. Formulasinya tahun depan kemungkinan menjadi 10 persen mudah, 70 persen sedang, dan 20 persen sukar.
"Masih belum, akan kami matangkan bersama dengan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Pemikiran untuk meningkatkan ada, dengan kenaikan tingkat kesulitan," katanya.
Ketua BSNP Muhammad Aman Wirakartakusumah mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan kisi-kisi soal UN yang harapannya selesai bulan November mendatang.
"Kisi-kisi hanya bersifat lebih operasional. Bank dari kisi-kisi sudah ada," katanya.
Konsekuensi
UN tetap dipertahankan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai syarat kelulusan. Konsekuensi lulus-tidak lulus UN dinilai mampu meningkatkan kemampuan para peserta untuk berusaha lebih optimal.
"Mereka akan terpicu jika ada konsekuensi, yang paling gampang adalah konsekuensi kelulusan. Jadi si anak akan mengeluarkan energi terbanyak karena ini untuk mendapatkan yang terbaik," kata M Nuh.
Nuh percaya UN mampu memetakan potensi dan kemampuan peserta UN yang notabene adalah pelajar. Pemetaan kemampuan peserta akan keluar jika berada dalam tekanan.
"Yang dipetakan potensi dan kemampuan sang anak. Bagaimana kita mendapatkan peta kemampuan tadi itu jika anak tidak mengeluarkan seluruh effort? Apa yang bisa mendorong anak mengeluarkan semua effort-nya? Yaitu dengan menjadikan UN sebagai syarat lulus tadi, dari situlah kita tidak mempertentangkan pemisahan pemetaan dan kelulusan," ujar Nuh.
UN secara legal sesuai dengan UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (Ant/dtc)